SOLOPOS.COM - Klinik gagal jantung Sebelas Maret. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Gagal jantung merupakan masalah kesehatan global dengan angka kejadian di Indonesia sebanyak lebih dari 5%, di mana angka tersebut lebih tinggi angka kejadian gagal jantung secara global (1-3%). Tingginya angka kejadian gagal jantung diakibatkan oleh tingginya angka perokok, obesitas, diabates, dan hipertensi. Penyakit arteri koroner merupakan penyebab gagal jantung pada sebagian besar pasien.

Gagal jantung merupakan sindrom klinis yang terdiri dari gejala khas gagal jantung (sesak napas, rasa seperti tenggelam pada malam hari saat tidur secara tiba-tiba, mudah lelah, bengkak pada kaki dan bagian tubuh lain, atau kembung) yang dapat disertai dengan tanda gagal jantung (penumpukan cairan di paru atau perut atau kaki). Hal tersebut disebabkan karena ketidaknormalan struktur dan/atau fungsi jantung sehingga menyebabkan penurunan aliran jantung ke seluruh tubuh baik saat istirahat maupun aktivitas.

Promosi Chatbot BRI Sabrina Raih Best in Personalization di Strategy Mata Lokal Award

Diagnosis gagal jantung ditegakkan berdasarkan beberapa pemeriksaan seperti rekam jantung, ekokardiografi, pemeriksaan laboratorium, dan pencitraan. Ketika pasien sudah terdiagnosis gagal jantung, diperlukan manajemen dan tatalaksana melibatkan tim multidisiplin untuk meningkatkan kualitas hidup pasien serta menurunkan angka rawat inap akibat gagal jantung dan kematian. Manajemen multidisiplin ini melibatkan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, dokter spesialis lain, perawat gagal jantung, farmasi klinis, dan ahli gizi yang tergabung dalam tim gagal jantung. Namun yang tidak kalah penting adalah  kesadaran dan kepatuhan pengobatan pasien untuk mencapai tujuan tatalaksana gagal jantung.

Seringkali pasien mengira bahwa obat-obatan yang diberikan oleh dokter untuk pasien gagal jantung hanya sebagai obat penurun tekanan darah atau obat diabetes. Namun, obat kombinasi yang diberikan oleh dokter, yakni ACE inhibitor/ARNI,  penyekat beta, mineralocorticoid receptor antagonist, dan SGLT2 inhibitor memiliki manfaat lebih dari itu. Kombinasi keempat obat tersebut dapat memperbaiki fungsi jantung, mencegah perburukan gagal jantung, dan menurunkan angka kematian akibat gagal jantung. Maka dari itu, kepatuhan pasien dalam minum obat sangat penting untuk mencapai tujuan tersebut.

Perawatan mandiri gagal jantung

Peran serta pasien dan keluarga dalam pengobatan gagal jantung sangat diperlukan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan manajemen perawatan mandiri yang bertujuan untuk menjaga kondisi fisik, menghindari perilaku yang dapat memperburuk kondisi, dan mendeteksi gejala awal perburukan gagal jantung.

Manajemen perawatan mandiri dapat dilakukan dengan:

  • Pembatasan konsumsi garam (kurang dari 5 gram/hari)
  • Pemantauan berat badan mandiri
  • Pemantauan asupan cairan terutama pada pasien dengan gejala penumpukan cairan (asupan cairan dibatasi 900-1200 ml/hari sesuai berat badan)
  • Pengendalian faktor risiko (tekanan darah, gula darah dan kolesterol)
  • Olahraga secara teratur

Selain itu, pemantauan dan pengenalan gejala perburukan gagal jantung juga penting agar pasien mengetahui kapan harus ke IGD bila terjadi perburukan. Gejala seperti sesak napas yang bertambah berat, bengkak pada kedua kaki, atau peningkatan berat badan >2 kg dalam 3 hari merupakan tanda perburukan kondisi gagal jantung.

Artikel ini ditulis oleh dr. Irnizarifka, SpJP, SupSp.Ar(K), FIHA, FAPSC, FasCC, FHFA (dokter spesialis jantung dan pembuluh darah RS UNS) dan dr. Khusnun Alifah (dokter RS UNS)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya