SOLOPOS.COM - Ilustrasi toleransi. (freepik)

Solopos.com, SOLO — Khutbah Hari Raya Idulfitri 1445 H/2024 kali ini mengulas tentang pesan toleransi untuk merajut persaudaraan antarumat.

Hari Kemenangan sebentar lagi tiba. Umat Islam beramai-ramai menyambut hari istimewa tersebut setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Gema takbir pun bersaut-sautan menyambut Hari Raya Idulfitri. Ketika Hari Raya Idulfitri tiba, disunahkan untuk melaksanakan salat sunah dua rakaat di pagi hari.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Setelah salat, biasanya diadakan khutbah di Hari Raya Idulfitri 2024. Di mana khutbah salat Idulfitri merupakan salah satu yang tak bisa ditinggalkan saat salat id dalam rangka Lebaran.

Nah, berikut ini terdapat contoh khutbah Idulfitri 2024 tentang pesan toleransi dalam merajut persaudaraan yang Solopos.com kutip dari laman resmi Pusat Pembinaan Agama Universitas Brawijaya.

Khutbah Hari Raya Idulfitri 2024

Assalamualaikum Wr Wb

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu akbar laa ilaaha illa allaahu akbar, Allaahu akbar walillaahil hamdu.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu akbar

Saudaraku kaum muslimin Rahimakumullah….

Pertama-tama dan paling utama marilah kita semua selalu mengucap kan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas karuniaNya berupa kesehatan lahir batin dan berkesempatan melaksanakan sholat idul fitri 1 Syawal 1445 H dalam keadaan sehat wal ‘afiat.

Kedua Shalawat dan Salam kita haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW atas petunjuk dan teladannya kepada kita sehingga bisa melaksanakan kehidupan islami baik pribadi maupun sosial kemasyarakatan serta beliaulah yang dapat memberikan Syafa’at pada kita semua di Hari Akhir nanti.

Saudaraku kaum muslimin Rahimakumullah….

Hari ini Umat Islam di seluruh dunia tengah merayakan Hari Raya Idul Fitri. Jutaan manusia, dari berbagai etnik, suku, dan bangsa di seluruh penjuru dunia, mengumandangkan takbir, tahmid, dan tahlil, sebagai refleksi rasa syukur dan sikap kehambaan mereka kepada Allah SWT.

Tidak ada perpisahan yang lebih mengharukan daripada perpisahan dengan Ramadhan. Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah. Di dalamnya kita semua dihantarkan secara perlahan menuju titik fitrah. Yaitu, titik penciptaan kita yang bersih dan suci. Allah SWT. menurunkan Al Qur’an untuk menjadi pedoman agar manusia tetap komitmen dengan kemanusiaannya. Yaitu manusia yang saling mencintai karena Allah, saling memperbaiki menuju keimanan sejati, saling membantu dalam kebaikan bukan saling membantu dalam dosa dan kemungkaran.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahilham

Allah SWT mengutus nabi-nabi sepanjang sejarah untuk memberi keteladanan terbaik, bagaimana melaksanakan kewajiban kepadaNya. Nabi Allah yang terakhir adalah Nabi Muhammad SAW. Beliau lah penutup para nabi dan rasul (khaatamun nabiyyiin). Dengan mengikuti ajaran Nabi Muhammad secara utuh, kita akan menjadi manusia yang kembali ke fitrah. Karena itu, setiap memasuki bulan Ramadhan, mengikuti jejak, agar kita bisa mencapai hakikat Ramadhan secara mendalam dan sempurna. Rasulullah SAW. pernah menegaskan bahwa berapa banyak orang yang berpuasa Ramadhan, tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar dan haus. Artinya bahwa ia dengan Ramadhan tidak bisa kembali ke fitrahnya, padahal semua rangkaian ibadah Ramadhan adalah tangga kembali menuju fitrah.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahilham

Saudaraku Kaum Muslimin rahimakumullah…

Pada kesempatan kali ini, izinkan saya, menyampaikan khutbah Idul Fitri 1445 H dengan tema Pesan Toleransi dalam Merajut Persaudaraan. Kita sangat paham bahwa agama Islam merupakan rahmat bagi seluruh alam (wama arsalnaka illa rahmatan lil”alamin, yakni kata Allah SWT bahwa tidak Aku turunkan Islam kecuali rahma bagi seluruh alam. Untuk itu menjadi sangat penting nilai kebersamaan dikembangkan dalam kehidupan umat berbangsa dan bernegara. Dimana nilai Ramadhan yang telah kita jalani telah melatih, mendidik kita menjadi hamba manusia yang mampu mengendalikan hawa nafsu yang umerusak ibadah Ramadhan, baik itu berkaitan dengan hubungan dengan Allah SWT (hablum minallah), dan dalam kehidupan bermasyarakat (hablum minannas). Khususnya dalam kehidupan bermasyarakat maka nilai-nilai kebersamaan dikembangkan dalam kita berpuasa Ramadhan.

Kebersamaan umat beragama adalah hubungan sesama umat beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan pengalaman ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan bernegara. Hal ini sesuai dengan hadist Nabi Muhammad SAW “khairunnas, Anfauhum linnas” sebaik- baiknya manusia adalah yang memberi manfaat terhadap sesamanya”. Dengan demikian maka manusia muttaqin yang terlahir dari Rahim Ramadhan itu adalah mereka yang tidak hanya berbuat baik untuk dirinya semata, tetapi juga berbuat baik dan memberikan manfaat terhadap sesama.

Kata islam berarti damai, selamat, sejahtera, penyabaran diri, taat, dan patuh. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa islam adalah agama yang mengandung ajaran untuk menciptakan kedamaian, keselamatan, dan keselamatan kehidupan umat manusia pada khususnya, dan semua makhluk Allah pada umumnya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahilham

Kebersamaan identik dengan toleransi, dimana Istilah toleransi menunjukkan pada arti saling memahami, saling mengerti, dan saling membuka diri dalam bingkai persaudaraan. Bila pemaknaan ini dijadikan pegangan, maka ”toleransi” dan “kerukunan” adalah sesuatu yang ideal dan didambakan oleh masyarakat manusia. Dalam konteks ke-Indonesiaan, kerukunan beragama berarti kebersamaan antara umat beragama dengan Pemerintah dalam rangka suksesnya pembangunan nasional dan menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Islam menjunjung tinggi toleransi. Konsep toleransi beragama dalam Islam bukanlah membenarkan dan mengakui semua agama dan keyakinan yang ada saat ini, karena ini merupakan persoalan akidah dan keimanan yang harus dijaga dengan baik oleh setiap pribadi muslim. Toleransi bukan mengakui semua agama sama, apalagi membenarkan tata cara ibadah umat beragama lain. Tidak ada toleransi dalam hal akidah dan ibadah. Karena sesungguhnya bagi orang Islam agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam. Toleransi hanyalah dalam urusan muamalah dan kehidupan sosial.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki pluralitas penduduk yang cukup tinggi. Pluralitas itu meliputi pluralitas suku, etnis, budaya dan agama, untuk itu diperlukan adanya rasa toleransi antar suku, etnis, budaya dan agama tersebut, demi menghindari terjadinya konflik yang mengarah pada tindak kekerasan. Khusus mengenai pluralitas agama, di Indonesia rasa saling toleransi beragama masih sangat minim. Hal ini didukung dengan hadirnya fakta munculnya permasalahan-permasalahan yang diikuti dengan anarkisme atau kekerasan yang mengatas namakan agama. Hal ini jelas sangat mengkhawatirkan bagi intregritas bangsa Indonesia sendiri.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahilham

Sejak lahirnya, ajaran Islam sudah membawa misi persamaan hak asasi manusia. Ajaran Islam mula-mula lahir untuk memerangi ketidakadilan dan membela kaum yang lemah. Dalam hal ini termasuk kaum minoritas. Islam juga menghendaki adanya persaudaraan dan kerukunan antar umat. Tidak sedikit ayatayat Al-Quran yang memiliki pesan moral mengenai keadilan, persaudaraan dan kerukunan. Idealnya, dari masa ke masa, Islam bisa menjadi tempat berteduh bagi umat manusia dari ketidakadilan dan kekerasan.

Hal tersebut dapat kita jumpai dalam Al-Quran, diantaranya adalah Q.S. Al-Hujurot ayat 13:

Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

Islam juga tidak menyukai pemaksaan agama kepada pihak lain, hal ini tertulis dalam Al-Quran surah Al-Baqoroh ayat 256.

Artinya : Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahilham

Saudaraku Kaum Muslimin rahimakumullah…

Kerukunan antar agama merupakan salah satu pilar utama dalam memelihara persatuan bangsa dan kedaulatan negara Republik Indonesia. Kerukunan sering diartikan sebagai kondisi hidup dan kehidupan yang mencerminkan suasana damai, tertib, tentram, sejahtera, hormat menghormati, harga menghargai, tenggang rasa, gotong royong sesuai dengan ajaran agama dan kepribadian Pancasila.



Dalam Islam pun mengajarkan bahwa manusia ditakdirkan Allah sebagai makhluk sosial yang membutuhkan hubungan dan interaksi sosial dengan sesama manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan kerja sama dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan material maupun spiritual. Bahkan ajaran Islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama dan tolong menolong (ta’awun) dengan sesama manusia dalam hal kebaikan. Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan umat Islam dapat berhubungan dengan siapa saja tanpa batasan ras, bangsa, dan agama.

Dalam konteks ini bahwa kerukunan antar umat beragama merupakan pilar kerukunan nasional adalah sesuatu yang dinamis, karena itu haus dipelihara terus dari waktu ke waktu. Kerukunan hidup antar umat beragama sendiri berarti keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, menghargai kesetaraan dalam pengmalan ajaran agmanya dan kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Untuk menjaga kerukunan hidup antar umat beragama salah satunya dengan dialog antar umat beragama. Salah satu prasyarat terwujudnya masyarakat yang modern yang demokratis adalah terwujudnya masyarakat yang menghargai kemajemukan masyarakat dan bangsa serta mewujudkannya dalam suatu keniscayaan. Untuk itulah kita harus saling menjaga kebersamaan dan kerukunan hidup beragama.

Dalam menyikapi perbedaan agama terkait dengan toleransi antar umat beragama agar dialog antar umat beragama terwujud maka memerlukan 3 konsep yaitu:

  1. Setuju tidak setuju, maksudnya setiap agama memiliki akidah masing-masing sehingga agama saling bertoleransi dengan perbedaan tersebut.
  2. Setuju untuk setuju, konsep ini berarti meyakini semua agama memiliki kesamaan dalam upaya peningkatan kesejahteraan dan matabat umatnya.
  3. Setuju untuk berbeda, maksudnya dalam hal perbedaan disikapi dengan damai bukan untuk saling menghancurkan.

Untuk menumbuhkan, memelihara dan mmbina kerukunan hidup dan toleransi antar umat beragama di Indonesia, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 

  • Setiap pemeluk agama agar memahami secara benar, taat dan patuh menjalankan syari’at agamanya.
  • Hindarkan adanya prasangka yang buruk, baik di antara intern umat beragama, di antara pemeluk-pemeluk agama atau di antara pemeluk umat peragama dan pemerintah.
  • Pemerintah hendaknya benar-benar mengayomi semua pemeluk agama/umat beragama secara adil. Adil bukan dalam arti menyamaratakan, tapi dalam arti memberikan kedudukan, bagian atau fasilitas serta perlakuan sesuai dengan kenyataan dan kondisi yang ada.
  • Setiap pemimpin, tokoh masyarakat, tokoh agama,penegak hukum, hendaklah memberikan contoh suri teladan yang baik kepada masyarakat, agar mereka menaruh kepercayaan dan menaati kepemimpinannya.
    Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahilham

Saudaraku Kaum Muslimin yang dimulyakan Allah SWT

Ramadhan telah meninggalkan kita, tetapi dari hikmah Ramadhan dapatlah kita membangun kebersamaan dengan saudara-saudara kita sebangsa setanah air.

Tujuan untuk melakukan kerjasama antar umat beragama baik secara internal maupun ekternal tersebut, bukanlah sekedar sebuah cita-cita tetapi harus diwujudkan oleh, bagi dan antar orang-orang yang seagama, dan juga oleh, bagi dan antar orang-orang yang berbeda agamanya.

Karena itu toleransi antar umat beragama adalah sesuatu yang mutlak perlu sebagai konsekwensi logis dari cita-cita setiap agama serta konsekwensi adanya kemajemukan agama dalam suatu masyarakat. Sebagai warga negara Indonesia, setiap umat beragama harus berpartisipasi secara langsung dalam pembangunan negara Indonesia.Sikap inklusif dari setiap umat beragama sangat dibutuhkan dalam tugas dan kewajiban bersama dalam membangun Indonesia.



Demikian khutbah Hari Raya Idulfitri 1445 H/2024 ini.





Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya