SOLOPOS.COM - Ilustrasi kebelet pipis. (Freepik)

Solopos.com, SOLO-Banyak dari kita yang berpuasa selama Bulan Ramadan merasakan perasaan menjengkelkan karena harus bangun karena frekuensi buang air kecil  meningkat. Mengapa hal ini terjadi? Simak ulasannya di info sehat ini.

Umat Muslim yang menjalankan ibadah di Bulan Puasa ini menahan diri dari makan sebelum matahari terbit hingga terbenam, yang berarti mengemas semua cairan sebelum puasa dimulai. Tentu saja hal ini membuat kita perlu lebih sering ke toilet.  Namun banyak umat Islam juga sering buang air kecil selama hari puasa, meski sebenarnya tidak minum apa pun.

Promosi BRI Bantu Usaha Kue Kering di Sidoarjo Berkembang Kian Pesat saat Lebaran

Lalu mengapa frekuensi buang air kecil meningkat saat puasa? Tentunya apa yang masuk sudah keluar pada titik tertentu?  Hanya karena Anda tidak minum bukan berarti pekerjaan kandung kemih sudah selesai.

Dr Gareth Nye, duta Society of Endocrinology, mengatakan bahwa kandung kemih sebenarnya adalah ‘ruang tunggu’ saluran kemih kita tempat urine disimpan sebelum kita pergi ke toilet. Untuk melihat perubahan keluaran urine atau seberapa banyak kita buang air kecil/tidak, kita perlu mengambil langkah mundur dan melihat pada ginjal.

“Ginjal terlibat dalam menyaring darah kita. Dibutuhkan racun dan produk limbah dan menjaga produk bermanfaat yang dibutuhkan tubuh. Salah satu produk utama yang disaring adalah air yang dapat dikeluarkan atau disimpan dalam jumlah berbeda berdasarkan kebutuhan tubuh kita,” ujarnya dikutip dari huffingtonpost.co.uk pada Jumat (22/3/2024).

Jadi, rata-rata, air membentuk sekitar 60-70% tubuh manusia, sebagian besar bergantung pada usia Anda. Tubuh kita kehilangan air melalui urine, keringat, feses, dan napas, sehingga kita harus terus menggantinya dengan minum dan makan (sekitar sepertiga air yang kita konsumsi berasal dari makanan kita). Jika kita tidak melakukan hal ini, tubuh kita bisa mengalami dehidrasi.

Apakah saat kita dehidrasi seperti saat puasa maka frekuensi  buang air kecil jadi berkurang? Belum tentu.

Dr Nye menjelaskan bahwa kandung kemih masih perlu mengeluarkan racun, bahkan ketika Anda mengalami dehidrasi, sehingga menghasilkan lebih banyak urin.

Selain soal frekuensi buang air kecil saat puasa, Anda bahkan mungkin melihat warna berbeda pada kencing Anda saat berpuasa.

“Tahap pertama dehidrasi adalah rasa haus, yang muncul ketika 2% berat badan hilang. Sinyal yang memberi tahu otak bahwa kita haus juga bekerja pada ginjal untuk mengirimkan lebih sedikit air ke kandung kemih, sehingga menjaga air tetap di dalam tubuh dan membuat urine menjadi lebih gelap. Anda perlu membuang racun sehingga tubuh Anda tetap memproduksi urine meskipun Anda mengalami dehidrasi,” jelas dia.

Anda mungkin juga melihat perubahan lain pada urine Anda saat berpuasa.

“Kuncinya adalah tubuh kita bisa bertahan cukup lama tanpa minum dan tidak menunjukkan perubahan pada keluaran urin kita. Biasanya saat kita tidur, kita bisa menjalani delapan-10 jam tanpa mengonsumsi cairan apa pun dan saat Anda minum/makan, tubuh Anda akan terisi kembali. Anda mungkin melihat perubahan konsentrasi seiring berjalannya hari seiring dengan berkurangnya jumlah air yang tersedia.”

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya