SOLOPOS.COM - Ilustrasi merasa bersalah. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO-Belakangan ini media sosial diramaikan dengan istilah Dobby syndrome, istilah apa itu? Dan apa penyebabnya? Untuk menjaga kesehatan mental, simak ulasannya di info sehat kali ini.

Jika kamu pernah menonton seri Harry Potter, kamu pastinya tidak asing dengan karakter bernama Dobby. Karakter yang diperankan oleh actor Toby Jones merupakan seorang peri budak yang akan menghukum dirinya sendiri jika ia merasa bersalah.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Lalu apa itu Dobby syndrome seperti dibahas warganet di media sosial tersebut? Melansir dari Research Gate, Jumat (22/9/2023), efek dobby ini dapat diartikan sebagai penebusan rasa bersalah yang mana membuat seseorang melakukan perilaku menghukum diri sendiri meskipun dipaksakan.

Rasa bersalah biasanya akan datang jika kita melakukan sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut. Perasaan ini sebenarnya adalah emosi yang baik karena akan mendorong kita untuk membuat pilihan yang benar serta bertindak sesuai dengan pedoman moral yang berlaku. Akan tetapi, hal ini bisa menjadi masalah jika membuat seseorang terus-menerus menghukum diri sendiri ketika merasa bersalah.

Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Rob Nelissen dan Marcel Zeelenberg, peneliti di Tilburg University dan Vrije Universiteit Amsterdam, Dobby Effect ini akan muncul ketika seseorang tak memiliki kesempatan untuk memberikan kompensasi atas pelanggaran yang menyebabkan mereka merasa bersalah. Ini akhirnya menimbulkan perilaku untuk menghukum diri sendiri.

Perilaku menghukum diri sendiri dapat datang dalam berbagai bentuk. Pada tingkat yang paling ekstrim, hal ini mungkin melibatkan beberapa jenis tindakan menyakiti diri sendiri.

Agar semakin tahu apa itu Dobby syndrome, ketahui sejumlah penyebab seseorang berperilaku seperti itu dikutip dari Healthline, Sabtu (23/9/2023):

1. Perasaan pantas menerima hukuman baik dari diri sendiri atau hukuman dari orang lain.

Anak-anak sering kali belajar rasa malu sejak usia dini. Seseorang mungkin pertama kali merasakan takut sekaligus malu ketika orang mengatakan bahwa perilaku yang mereka lakukan tersebut telah melanggar norma. Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2015 menunjukkan, orang yang lebih rentan terhadap rasa malu cenderung lebih mudah menghukum diri mereka sendiri.

Perasaan malu dari rasa bersalah memang tak selalu mudah untuk dipisahkan, terutama ketika rasa tersebut muncul bersama-sama. Rasa bersalah biasanya berkaitan dengan tindakan, sedangkan rasa malu biasanya berhubungan dengan identitas diri.

Seseorang mungkin merasa bersalah setelah melakukan kesalahan tertentu, sementara rasa malu menggambarkan perasaan diri sendiri secara umum sebagai seseorang yang tidak berharga. Perasaan tidak berharga inilah yang dapat memicu perilaku ingim menghukum diri sendiri.

2. Percaya bahwa penderitaan akan meningkatkan karakter kita.

Penyebab berikutnya dari Dobby syndrome yaitu kepercayaan bahwa penderitaan akan meningkatkan karakter diri. Keinginan untuk menjadi orang yang lebih baik merupakan hal yang normal. Meskipun tujuan ini mengagumkan, namun tak jarang pula hal ini melibatkan tekanan emosi. Biasanya seseorang akan menghukum dirinya sendiri ketika mereka merasa gagal mencapai apa yang mereka inginkan.

Banyak orang menganggap rasa sakit merupakan cara untuk memulihkan integritas dan kebajikan. Seseorang yang mengalami dobby effect mungkin melihat hukuman dari orang lain sebagai tindakan yang pantas dan adil yang membebaskan diri mereka dari “dosa” atau kesalahan yang mereka buat.

Mereka juga tak jarang menganggap hukuman sebagai tindakan bertanggung jawab ketika tidak ada orang lain yang melakukannya, para penderita dobby effect ini akan menunjukkan penyesalan dan memulihkan perasaan pribadi bahwa diri mereka sebenarnya bukan orang jahat.

3. Keinginan menghilangkan rasa bersalah

Dalam beberapa kasus, seseoramg mungkin ragu untuk berterus terang setelah melakukan kesalahan, karena percaya bahwa hal ini hanya akan menambah rasa sakit.

Dalam sebuah penelitian kecil yang di lakukan pada tahun 2010, peserta yang diminta untuk mengingat contoh perilaku tidak etis dan kemudian menyelesaikan tugas yang menyakitkan, melaporkan bahwa rasa bersalah mereka berkurang setelah mereka menjalani sebuah ‘hukuman’.

Penelitian lain yang dilakukan pada tahun 2017 juga mengeksplorasi hubungan antara rasa bersalah dan hukuman diri. Penelitian ini menunjukkan bahwa orang-orang yang merasa bersalah akibat menyimpan rahasia dari pasangannya seperti berselingkuh, sering kali berusaha menghilangkan rasa bersalah tersebut dengan menyangkal aktivitas yang menyenangkan atau mengurangi kesenangan mereka.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya